Apabila anda diberi
hormat, balaslah dengan hormat yang lebih baik. Apabila tangan bantuan
diulurkan kepada anda, Buatlah kebaikan yang lebih baik sebagai balasan,
kendati keutamannya tetap berada pada si pemula.
Allah
Maha Mulia, sebagai hamba-Nya yang baik, kita kita harus bersikap lebih baik
kepada Allah. Sebab, jika Allah sudah mencitai hamba-Nya, maka cinta itu akan
Dia ekspose Kepada penduduk langit dan
bumi;di dunia dan di akhirat. “ Dan barang siapa yang dihinakan Allah ,
maka tak seorangpun yang sanggup memuliakannya,”(QS. Al-Hajj [22]: 18). “ Yang
demikian itu (sebagai ) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat
mereka beroleh siksaan yang besar,”(QS. Al-baqarah [2]: 61).
Nabi
SAW bersabda. “suatu aib seorang hamba yang ditutupi Allah di dunia, niscaya
akan ditutupi Allah juga pada hari kiamat,”(HR Muslim).
dalam
riwayat Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya, apabila
Allah ‘Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril a.s. seraya
berfirman, ‘Sesungguhnya aku mencintai si
fulan, maka cintailah ia!’ Lalu Jibril mencintainya. Setelah itu, Jibril
mengumumkan di langit, ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai si Fulan,
maka cintailah ia!’ Kemudian penduduk langit mencintainya. Cinta kasih itu
sampai juga ke bumi. Dan apabila Allah membenci seorang hamba. Dia memanggil
Jibril a.s. seraya berfirman, ‘Sesungguhnya aku membenci si Fulan, maka
bencilah ia!’ Lalu Jibril berseru kepada penduduk langit, “Sesungguhnya Allah
membenci si Fulan, maka bencilah ia!’. Lalu mereka juga membencinya sehingga
penduduk bumi membencinya,”(HR Muslim).
Prinsip dalam nama Allah Al-majid ini meniscayakan kita hidup
semata-mata mencintai Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak usah mencari-cari pujian
dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak
usah membuka aib orang lain, sebab kita sendiri sebenarnya penuh dengan aib,
hanya saja Allah menutupi aib kita. Untuk itu, jangan sampai kita membuka aib
orang lain. Sebagai evaluasi dirisumber kearifan kita. Sabda Rasulullah, “barang siapa yang menutupi aib orang lain
di dunia, niscaya allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Muslim).
Kita tidak tahu persis apakah orang kita hina itu, memang
benar-benar hina di mata Allah? Atau sebaliknya, apakah kita yang menganggap
diri ini mulia memang benar-benar di hadapan-Nya ?? Boleh jadi, kitalah yang
sebenarnya menipu diri sendiri,
Namun kita
tidak menyadarinya. Itulah sebabnya, Ibnu ‘Atha’illah dalam Al-Hikam-nya Mengatakan, “ Orang beriman itu apabila mendapat punjian,
ia malu kepada Allah, atas pujian yang diterimanya, lebih-lebih bila sifa-sifat
yang dimaksud tidak dimilikinya.”
Ali Bin Abi Thalib mengatakan,” diberkatilah orang yang
merendahkan darinya, rejekinya suci, kebiasaannya saleh, membelanjakan hartanya
dijalan Allah, mencegah lidahnya dari kebusukan, menjaga manusia agar aman dari
kejahatannya, senang akan sunah dan tidak berbuat bid’ah.”