Streaming alquran dan terjemah

Minggu, 02 Desember 2012

Toleransi Ummat Beragama

0 komentar




  • Pengertian Toleransi
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata “toleran” itu sendiri berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan.

Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “ikhtimal, tasamuh” yang artinya sikap membiarkan, lapang dada (samuha-yasmuhu-samhan, wasimaahan, wasamaahatan) artinya: murah hati, suka berderma (kamus Al Muna-wir hal.702). Jadi, toleransi (tasamuh) beragama adalah menghargai dengan sabar, menghormati keyakinan atau kepercayaan seseorang atau kelompok lain.

Toleransi (al-samāḥaḥ), menurut terminologi peradaban dan istilah Arab-Islam, mengandung arti: kemurahan hati atau memberi tanpa batasan. Dengan kata lain, toleransi adalah keramahan dan kelemahlembutan dalam setiap hal dan interaksi, tanpa menunggu balasan, imbalan ataupun mengharapkan ganjaran.

 Tasamuh adalah konsep dasar yang di pakai Islam dalam kehidupan antaragama. Yaitu konsep yang jauh dari pemaksaan terhadap orang lain untuk memasuki suatu agama. Islam menjamin kebebasan beraqidah sebelum bangsa-bangsa lain menyerukannya. ”lā ikrāha fi l-ddīn” menjadi pemjamin kebebasan beragama dalam Islam. 

Didalam konsep Toleransi ini banyak sekali ayat ataupun hadis yang menyerukan umat Islam untuk bertoleransi dengan agama lain. Islam tidak melarang orang muslim untuk saling menolong selama ummat lain selama tidak mengganggu ketentraman ummat Muslim.

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar agama yang dijadikan alasan adalah toleransi padahal itu merupakan sikap sinkretisme yang dilarang oleh Islam. Sinkretisme adalah membenarkan semua agama. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:
“ Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)

Dalam melakukan dakwah umat Islam tidak menyebarkannya dengan pedang seperti yang dilansir oleh Barat, akan tetapi Islam tersebar dengan hikmah dan tauladan yang diberikan oleh ummat Muslim saat itu. Umat muslim juga akan memberikan perlindungan kepada ummat tetangganya yang lain agama.

Dalam interaksi antara umat Islam dengan penganut agama lain, Islam sangat toleran terhadap ahlu dzimmah karena sesungguhnya mereka berada dalam lindungan Allah dan Rasulnya, sebagaimana sabda rasul ”Barangsiapa yang berlaku dzalim terhadap orang yang telah mengadakan perjanjian damai(ahli dzimmah), dengan meremehkan haknya atau membebaninyadiluar kemampuannya atau bahkan mengambil sesuatu darinyadengan cara yang tidak baik. Maka sesungguhnya aku adalah pembelanya pada hari kiamat kelak”.

Islam telah memberi banyak ahli zhimmah berbagai keistimewaan, Islam juga memberika kebebasan kepada mereka untuk menjalankan, mempelajari dan mengamalkan agamanya, bahkan Islam mengijinkan melakukan apa yang diharamkan Islam tetapi halal bagi mereka, seperti makan daging babi dan minum arak.  

Contoh Rosullah saat bertasamuh : Rasulullah yang pada masa kedudukan Islam sudah kuat di Madinah, tidak serta merta berbuat seenaknya terhadap agama lain. Perjanjian yang dilakukan dengan Yahudi di Madinah, menunjukkan keadilan tindakan Rasulullah waktu itu. Selain agama samawi, agama lain seperti Majusi yang banyak tersebar di Jazirah Arab dapat hidup tentram dengan tanpa pindah agama, dan bebas menjalankan Ibadahnya.

ahlu dzimmah atau biasa dikenal juga dengan kafir dzimmi, adalah setiap orang yang tidak beragama Islam dan menjadi rakyat (warga negara) Daulah Khilafah Islamiyah. Dan biasanya Daulah Islamiyah mempunyai akad dzimmah (perjanjian) dengan mereka.
Islam mengajarkan agar para pemeluknya selalu bersatu dan tidak bercerai berai,selalu hidup dalam damai dan penuh kasih sayang, bila terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat segeralah selesaikan dengan sebaik-baiknya. Bahkan terhadap pemeluk agama lainpun Islam memerintahkan umatnya untuk saling menghormati dan menghargai satu sama lain.


PANDANGAN ISLAM MENGENAI KERUKUNAN


  •   KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA

  • Dalam ajaran Islam kehidupan masyarakat tidak selalu hanya dapat diharapkan  dalam kalangan masyarakat muslim. Islam dapat diaplikasikan dalam masyarakat manapun.
  •  Jika ia tidak ingin masuk Islam, tidak ada paksaan dan dalam bidang sosial ia tetap diterima dan menikmati segala macam hak kecuali yang merugikan umat Islam.
  • Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam,kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah.
  • Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam.

  • KERUKUNAN UMAT BERAGAMA ISLAM

Rukun, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran.
Untuk terciptanya kehidupan yang rukun, damai dan sejahtera, Islam tidak hanya mengajarkan umatnya untuk semata beribadah kepada Allah SWT. Melainkan Islam justru sangat menekankan umatnya untuk membina dan menjalin silaturahmi yang baik dengan tetangga dan lingkungannya.

Islam adalah agama yang universal artinya rahmatan lil alamin. Umat Islam yang sangat menginginkan hidupnya mendapatkan ridha Allah SWT selalu namanya berpegang dengan ajaran Islam, dimana hubungan secara vertical kepada Allah senantiasa harus dibina tetapi karena manusia mahluk social maka dia harus membina hidup bermasyarakat artinya berhubungan dengan tetangga secara baik .

Islam sangat menjunjung tinggi silaturahmi dan cara memuliakan tetangga. Hal ini tercantum didalam ayat suci Al-Quran dan hadist, berikut arti dalilnya :
 “Tidak beriman seorang diantaramu hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”(HR. Bukhari – Muslim)
.

“Hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui dan maha mendengar”. (QS Al-Hujurat:13)
Dari Abu Hurairah ra. Dia berkata: Rosulullah SAW bersabda: Barang siapa senang diperluas rezekinya diperpanjang umurnya hendaklah bersilaturahmi. HR (Bukhari)
Dari ra dia berkata: Rosulullah SAW Bersabda: Apabila engkau masak kuah, berilah air yang banyak dan perhatikan hak tetanggamu. Riwayat Muslim.
Dari beberapa hadist dan dalil diatas menandakan bahwasannya Rosulullah SAW sangat memuliakan tetangga. Karena dengan kita memuliakan tetangga banyak sekali manfaatnya. Selain itu aplikasi dalam kehidupannya, kebersamaan hidup antara orang-orang Islam dengan non Islam sebenarnya telah dicontohkan oleh Rosulullah ketika beliau dengan para sahabat mengawali hidup di Madinah setelah hijrah. Dimana Rosulullah mengikat perjanjian penduduk Madinah yang terdiri dari orang-orang kafir dan muslim untuk saling membantu dan menjaga keamanan kota Madinah dari gangguan.
  •  Manfaat Toleransi Hidup Beragama Dalam Pandangan Islam

1.Menghindari Terjadinya Perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini. Agama samawi berarti agama langit. Maksudnya agama ini memiliki kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan.
Agama yang termasuk agama samawi adalah: Yahudi (Judaism), Nashrani (Kristen/Katholik) dan Islam.
Agama Ardhy berarti agama bumi. Dalam artian agama ini tidak mempunyai kitab suci dari langit, melainkan hanya memiliki kitab pegangan entah dari mana. Kalau kita teliti lebih dalam, sebenarnya agama ardhy adalah hasil dari kebudayaan yang bermetamorfosis menjadi agama, karena saking fanatiknya kepad kebudayaan tersebut.
Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)
”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103).
Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan memperkokoh tali silaturahmi antarumat beragama dan menjaga hubungan yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk bertentangan satu sama lainnya.
 Perbedaan agama merupakan salah satu faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia. Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain.
 Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

C. KESIMPULAN

Toleransi dalam beragama bukan berarti kita harus hidup dalam ajaran agama lain.Namun toleransi dalam beragama yang dimaksudkan disini adalah meng- hormati agama lain.
Dalam bertoleransi janganlah kita berlebih-lebihan sehingga sikap dan tingkah laku kita mengganggu hak-hak dan kepentingan orang lain. Lebih baik toleransi itu kita terapkan dengan sewajarnya. Jangan sampai toleransi itu menyinggung perasaan orang lain. Toleransi juga hendaknya jangan sampai merugikan kita, contohnya ibadah dan pekerjaan kita.
Begitulah Islam bertoleransi dengan agama lain. Sebagai umat yang baik kita harus berusaha mencerminkan kelakuan kita seperti yang diajarkan oleh agama yang kita anut. Semua agama mengajarkan kebaikan, akan tetapi ummatnyalah yang senantiasa kurang menghayati dengan betul ajaran-ajaran agamanya.
Inilah perbedaan mendasar antara Islam dan Barat. Barat selalu memandang Islam dengan penuh kebencian. Barat merasa peradaban nya lah yang paling benar. Merasa hanya peradaban Barat yang punya kekuatan. Peradaban lain selain Barat harus dilenyapkan dari muka bumi ini. Berbeda dengan Islam yang toleransi terhadap peradaban lain. Menganggap peradaban lain sebagai sesama saudara.


Catatan:
Agama samawi : berarti agama langit. Maksudnya agama ini memiliki kitab suci yang diturunkan oleh Tuhan.
Agama Ardhy : berarti agama bumi. Dalam artian agama ini tidak mempunyai kitab suci dari langit, melainkan hanya memiliki kitab pegangan entah dari mana. Kalau kita teliti lebih dalam, sebenarnya agama ardhy adalah hasil dari kebudayaan yang bermetamorfosis menjadi agama, karena saking fanatiknya kepada kebudayaan tersebut.
Daulah islamiyah : Dalam al-Quran ditemukan kata dûlah yang memiliki makna yang sama sekali lain.Sama sekali berbeda dengan istilah ‘daulah’. Kata dûlah dalam al-Hasyr (59): 7 lebih condong bermakna monopoli dalam konteks pembagian harta rampasan perang
.Dalam ayat tersebut dijelaskan, harta-harta rampasan hendaklah dibagi-bagikan secara adil. Ini supaya tidak hanya beredar (dûlah) di kalangan orang kaya saja.Lantas, kapan istilah ‘daulah’ muncul dan dalam pengertian ‘negara’? Entahlah.Tapi, konon kata ‘daulah’ dalam masyarakat Arab pada mulanya berarti beredar atau berkelilingnya sang raja di wilayah kekuasaannya. Arti ini kemudian bergeser.Pengertiannya berubah menjadi periode atau wilayah yang menunjukkan adanya tanda-tanda kekuasaan.’.Istilah daulah islamiyah(negara islam) juga menjadi sentral.Anehnya lagi, ini mengkristal sedemikian rupa seolah-olah telah menjadi bagian darikeyakinan yang tak boleh digugat. Daulah islamiyah pun menyerupai iman. Ia seakan-akan menjadi ‘pembeda’ siapa yang muslim sejati dan siapa yang setengah hati memegang Islam. Yang tidak meyakini sistem daulah islamiyah adalah yang terbaik,ia dinilai sekuler,menyeleweng, bahkan dianggap berpihak kepada musuh Islam.

Continue reading →
Jumat, 02 November 2012

Doa-doa Renunganku

0 komentar


YA ALLAH,
Rendahkanlah suaraku bagi mereka,
Perindahlah ucapanku didepan mereka.
Lunakkanlah waktuku terhadap mereka dan
Lembutkanlah hatiku untuk mereka.

YA ALLAH,
Berilah mereka balasan yang sebaik-baiknya
Atas didikan mereka padaku dan
Pahala yang besar
Atas kesayangan yang mereka limpahkan padaku,
Peliharalah mereka
Sebagaimana mereka memeliharaku.

YA ALLAH,
Apa saja gangguan yang mereka rasakan,
Atau kesusahan yang mereka derita karena aku,
Atau hilangnya sesuatu hak mereka karena perbuatanku,
Jadikanlah itu semua
Penyebab rontoknya dosa-dosa mereka,
Meningginya kedudukan mereka dan
Bertambahnya pahala kebaikan mereka dengan kebaikan berlipat ganda.

YA ALLAH,
Bila magfirah-Mu telah mencapai mereka sebelumku,
Izinkanlah mereka member syafa’at  untukku.
Tetapi jika magfirah-Mu lebih dulu mencapai diriku ,
Maka izinkanlah aku member syafa’at untuk mereka,
Sehingga kami semua berkumpul
Bersama dengan santunan-Mu
Di tempat kedaimain yang dinaungi kemulaian-Mu, ampunan-Mu serta rahmat-Mu.

Sesungguhnya Engkaulah
Yang memiliki karunia Maha Agung,
Serta anugerah yang tak berakhir dan
Engkaulah yang Maha Pengasih diantara semua Pengasih.

Mari kita merenungkan dosa kepada orang tua kita.
Siapa tahu hidup kita dirundung nestapa karena kedurhakaan kita.
Karena kita telah menghisap tenaganya, airmatanya dan keringatnya.
Istighfarlah
Barang siapa yang matanya pernah sinis melihat orangtuanya.
Atau kata yang sering mengiris melukai hatinya, atau, yang jarang memperdulikan dan mendoakannya.


Continue reading →

Balas Penghormatan Orang Lain

0 komentar


Apabila anda diberi hormat, balaslah dengan hormat yang lebih baik. Apabila tangan bantuan diulurkan kepada anda, Buatlah kebaikan yang lebih baik sebagai balasan, kendati keutamannya tetap berada pada si pemula.
            Allah Maha Mulia, sebagai hamba-Nya yang baik, kita kita harus bersikap lebih baik kepada Allah. Sebab, jika Allah sudah mencitai hamba-Nya, maka cinta itu akan Dia ekspose Kepada penduduk langit dan bumi;di dunia dan di akhirat. Dan barang siapa yang dihinakan Allah , maka tak seorangpun yang sanggup memuliakannya,”(QS. Al-Hajj [22]: 18). “ Yang demikian itu (sebagai ) suatu penghinaan untuk mereka di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar,”(QS. Al-baqarah [2]: 61).
            Nabi SAW bersabda. “suatu aib seorang hamba yang ditutupi Allah di dunia, niscaya akan ditutupi Allah juga pada hari kiamat,”(HR Muslim).
dalam riwayat Abu Hurairah r.a., Rasulullah Saw. Bersabda, “Sesungguhnya, apabila Allah ‘Azza wa Jalla mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril a.s. seraya berfirman, ‘Sesungguhnya aku mencintai si fulan, maka cintailah ia!’ Lalu Jibril mencintainya. Setelah itu, Jibril mengumumkan di langit, ‘Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla mencintai si Fulan, maka cintailah ia!’ Kemudian penduduk langit mencintainya. Cinta kasih itu sampai juga ke bumi. Dan apabila Allah membenci seorang hamba. Dia memanggil Jibril a.s. seraya berfirman, ‘Sesungguhnya aku membenci si Fulan, maka bencilah ia!’ Lalu Jibril berseru kepada penduduk langit, “Sesungguhnya Allah membenci si Fulan, maka bencilah ia!’. Lalu mereka juga membencinya sehingga penduduk bumi membencinya,”(HR Muslim).
            Prinsip dalam nama Allah Al-majid ini meniscayakan kita hidup semata-mata mencintai Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak usah mencari-cari pujian dengan cara-cara yang tidak dibenarkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Kita tidak usah membuka aib orang lain, sebab kita sendiri sebenarnya penuh dengan aib, hanya saja Allah menutupi aib kita. Untuk itu, jangan sampai kita membuka aib orang lain. Sebagai evaluasi dirisumber kearifan kita. Sabda Rasulullah, “barang siapa yang menutupi aib orang lain di dunia, niscaya allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Muslim).
            Kita tidak tahu persis apakah orang kita hina itu, memang benar-benar hina di mata Allah? Atau sebaliknya, apakah kita yang menganggap diri ini mulia memang benar-benar di hadapan-Nya ?? Boleh jadi, kitalah yang sebenarnya menipu diri sendiri,
Namun kita tidak menyadarinya. Itulah sebabnya, Ibnu ‘Atha’illah dalam Al-Hikam-nya Mengatakan, “ Orang beriman itu apabila mendapat punjian, ia malu kepada Allah, atas pujian yang diterimanya, lebih-lebih bila sifa-sifat yang dimaksud tidak dimilikinya.”
            Ali Bin Abi Thalib mengatakan,” diberkatilah orang yang merendahkan darinya, rejekinya suci, kebiasaannya saleh, membelanjakan hartanya dijalan Allah, mencegah lidahnya dari kebusukan, menjaga manusia agar aman dari kejahatannya, senang akan sunah dan tidak berbuat bid’ah.”
Continue reading →
Selasa, 17 Juli 2012

Onta Itu Mengadu Kepada Rasulullah

0 komentar

Suatu hari untuk suatu tujuan Rasulullah keluar rumah dengan menunggangi untanya. Abdullah bin Ja’far ikut membonceng di belakang. Ketika mereka sampai di pagar salah salah seorang kalangan Anshar, tiba-tiba terdengar lenguhan seekor unta.

Unta itu menjulurkan lehernya ke arah Rasulullah saw. Ia merintih. Air matanya jatuh berderai. Rasulullah saw. mendatanginya. Beliau mengusap belakang telinga unta itu. Unta itu pun tenang. Diam.
Kemudian dengan wajah penuh kemarahan, Rasulullah saw. bertanya, “Siapakah pemilik unta ini, siapakah pemilik unta ini?”
Pemiliknya pun bergegas datang. Ternyata, ia seorang pemuda Anshar.
“Itu adalah milikku, ya Rasulullah,” katanya.
Rasulullah saw. berkata, “Tidakkah engkau takut kepada Allah karena unta yang Allah peruntukkan kepadamu ini? Ketahuilah, ia telah mengadukan nasibnya kepadaku, bahwa engkau membuatnya kelaparan dan kelelahan.”
Subhanallah! Unta itu ternyata mengadu kepada Rasulullah saw. bahwa tuannya tidak memberinya makan yang cukup sementara tenaganya diperas habis dengan pekerjaan yang sangat berat. Kisah ini bersumber dari hadits nomor 2186 yang diriwayatkan Abu Dawud dalam Kitab Jihad.
Bagaimana jika yang mengadu adalah seorang pekerja yang gajinya tidak dibayar sehingga tidak bisa membeli makanan untuk keluarganya, sementara tenaganya sudah habis dipakai oleh orang yang mempekerjakannya? Pasti Rasulullah saw. lebih murka lagi.
Di kali yang lain, Abdullah bin Umar menceritakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda, “Seorang wanita disiksa karena menahan seekor kucing sehingga membuatnya mati kelaparan, wanita itupun masuk neraka.” Kemudian Allah berfirman –Allah Mahatahu—kepadanya, “Kamu tidak memberinya makan, tidak juga memberinya minum saat ia kamu pelihara; juga engkau tidak membiarkannya pergi agar ia dapat mencari makanan sendiri dari bumi ini.” (HR. Bukhari, kitab Masafah, hadits nomor 2192).
Yang ini cerita Amir Ar-Raam. Ia dan beberapa sahabat sedang bersama Rasulullah saw. “Tiba-tiba seorang lelaki mendatangi kami,” kata Amir Ar-Raam. Lelaki itu dengan kain di atas kepadanya dan di tangannya terdapat sesuatu yang ia genggam.
Lelaki itu berkata, “Ya Rasulullah, saya segera mendatangimu saat melihatmu. Ketika berjalan di bawah pepohonan yang rimbun, saya mendengar kicauan anak burung, saya segera mengambilnya dan meletakkannya di dalam pakaianku. Tiba-tiba induknya datang dan segera terbang berputar di atas kepalaku. Saya lalu menyingkap kain yang menutupi anak-anak burung itu, induknya segera mendatangi anak-anaknya di dalam pakaianku, sehingga mereka sekarang ada bersamaku.”
Rasulullah saw. berkata kepada lekaki itu, “Letakkan mereka.”
Kemudian anak-anak burung itu diletakan. Namun, induknya enggan meninggalkan anak-anaknya dan tetap menemani mereka.
“Apakah kalian heran menyaksikan kasih sayang induk burung itu terhadap anak-anaknya?” tanya Rasulullah saw. kepada para sahabat yang ada waktu itu.
“Benar, ya Rasulullah,” jawab para sahabat.
“Ketahuilah,” kata Rasulullah saw. “Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, sesungguhnya Allah lebih penyayang terhadap hamba-hamba-Nya melebihi induk burung itu kepada anak-anaknya.”
“Kembalikanlah burung-burung itu ke tempat di mana engkau menemukannya, bersama dengan induknya,” perintah Rasulullah. Lelaki yang menemukan burung itupun segera mengembalikan burung-burung itu ke tempat semula.
Begitulah Akhlak terhadap hewan yang diajarkan Rasulullah saw. Bahkan, membunuh hewan tanpa alasan yang hak, Rasulullah menggolongkan suatu kezhaliman. Kabar ini datang dari Abdullah bin Amr bin Ash, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang membunuh seekor burung tanpa hak, niscaya Allah akan menanyakannya pada hari Kiamat.”
Seseorang bertanya, “Ya Rasulullah, apakah hak burung tersebut?”
Beliau menjawab, “Menyembelihnya, dan tidak mengambil lehernya lalu mematahkannya.” (HR. Ahmad, hadits nomor 6264)
Jika kepada hewan saja kita memenuhi hak-haknya, apalagi kepada manusia. Adakah hak-hak orang lain yang belum kita tunaikan?

Continue reading →
Senin, 16 Juli 2012

Keluarga Produktif-Kreatif

0 komentar

 Usaha Paling bersih itu adalah usaha seorang laki-laki dengan tangannya sendiri. HR Al-Baihaqi


Allah Maha Pencipta setiap makhluk; dari tiada menjadi ada. Allah sumber kreatifitas. Dari tangan-Nya lahir karya-karya besar tiada tanding, tiada banding. Dia pun menghendaki setiap makhluk-Nya kreatif dan produktif. Kalau saja setiap pasangan suami-istri menyadari hal ini, tentu, mereka akan menjadi pribadi yang kuat menantang setiap kesulitan yang dihadapinya. Setiap ada berangkat dari tiada. Setiap keberhasilan berawal dari kegagalan. Kesulitan hanyalah jalan lain menuju keberhasilan. Bukankah Tuhan penentu segala kebijakan? Semestinya kepadanya kepada-Nya kita bersandar, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah!' maka terjadilah ia," (QS Ya Sin[36]:82; sebab " ditangan-Nyalah kekuasaan atas segala sesuatu," (QS Ya Sin[36]:83). Seorang muslim tidak sepatutnya putus asa dalam menjemput karunia Tuhan, sebab "hanya orang kafir yang berputus asa dari rahmat Allah," (QS Yusuf [12]: 87).
Continue reading →
Rabu, 20 Juni 2012

Janji Ditepati, Kemenangan Pasti

0 komentar

Perang adalah membunuh atau dibunuh, tapi janji tetaplah janji. Dalam keadaan apa pun janji haruslah ditepati. Tidak ada tempat ”berkhianat” dalam kamus Islam.

Hidayatullah.com--Pada pemerintahan Umar bin Khaththab, Islam berkembang secara menakjubkan. Jumlah pemeluk Islam bertambah berkali-kali lipat seiring dengan perluasan wilayah kekuasaannya. Saat itu Islam tidak saja dipeluk oleh penduduk Arab, tapi juga oleh bangsa-bangsa non Arab, misalnya Parsi.
Bersamaan dengan itu, tentara kaum Muslimin semakin tumbuh kuat dan perkasa. Tapi betapa pun kuatnya pasukan hasil reformasi Umar itu, ada saja pihak yang masih mau mencoba membangkang. Ketenaran pasukan Umar yang telah menggetarkan dunia tidak menyurutkan niat kelompok-kelompok ekstrim untuk melakukan pemberontakan. Salah satu di antaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Harmuzan, mantan gubernur propinsi Nahawand, salah satu propinsi kerajaan Persia yang sudah ditaklukkan Islam.
Dengan modal pasukan terlatih dan loyal, disertai motivasi balas dendam yang membara, Harmuzan menyerang  pertahanan Islam. Tapi dengan kerja keras kaum Muslimin, dalam satu pertempuran yang hebat pemberontakan Harmuzan dapat dipatahkan. Harmuzan sendiri ditangkap hidup-hidup dan ditawan. Akan tetapi atas kebijakan Khalifah, ia dibebaskan hanya dengan membayar jizyah.
Namun kebaikan hati Umar tidak menyadarkannya untuk menyerah dan menjadi warga negara yang baik. Ia justru kembali menghimpun kekuatan yang jauh lebih besar. Setelah berhitung secara cermat, ia pun kembali menggempur basis pertahanan Islam. Pertempuran hebat tak terhindarkan, tapi untuk kedua kalinya pemberontakan Harmuzan dapat dipatahkan. Ia kembali menjadi tawanan. Ia kemudian dihadapkan kepada Khalifah.
“Apakah kamu gubernur Nahawand yang memberontak?” tanya Umar.
“Benar, akulah orangnya,” jawab Harmuzan.
“Bukankah kamu sering melanggar perjanjian dengan kaum Muslimin?” tanya Umar lagi. “Ya, aku telah melakukan itu.”
“Apakah kamu telah menyadari bahwa hukuman atas pengkhianatan itu adalah kematian?”, “Ya, aku menyadarinya.”
“Baiklah, apakah kamu telah siap menjalani hukuman tersebut sekarang?” selidik Umar.
“Aku siap, tapi ada satu permohonan sebelum aku mati,” pinta Harmuzan
“Apa itu?” tanya Umar.
“Aku haus sekali, bolehkah aku meminta segelas air?” kata Harmuzan
“Tentu saja,” kata Khalifah.
 Setelah segelas air terhidang, Harmuzan berkata, “Wahai Amirul Mu’minin, aku khawatir jika kepalaku dipenggal sebelum sempat aku meminum air ini.”
“Tidak akan,” tegas Umar memberi jaminan. “Tidak seorang pun yang akan menyentuh rambutmu sebelum kamu menghabiskan minuman itu.”
Suasana sunyi sejenak. Tapi segera pecah setelah Harmuzan berkata, “Wahai Amirul Mukminin, engkau telah berjanji kepadaku bahwa engkau tidak akan menyentuh rambutku hingga aku menghabiskan air ini. Aku tidak menghabiskan air ini.” Sembari membuang gelas di tangannya ia melanjutkan, “Engkau tidak boleh membunuhku.”
Seraya tersenyum, Umar berkata, “Gubernur, ini adalah siasat cerdikmu. Walau bagaimanapun, karena Umar telah berjanji, dia harus menepatinya. Karena itu, sekarang engkau bebas.”
Selang beberapa lama, Harmuzan kembali ke Madinah, ibu kota negara Islam, dengan membawa rombongan besar. Tapi kedatangannya yang ketiga kali ini ia bukan untuk menyerang melainkan untuk masuk Islam. “Wahai Amirul Mukminin, kami datang untuk mencari kehidupan baru. Undanglah kami kepada Islam,” kata Harmuzan di hadapan Sang Khalifah.
Perang adalah membunuh atau dibunuh, tapi janji tetaplah janji. Dalam keadaan segenting apa pun janji haruslah ditepati. Tidak ada tempat dalam Islam untuk berkhianat. Inilah moralitas Islam yang dijunjung tinggi  oleh para salafush-shalih (orang-orang terhadulu yang shalih) dan pemuka Islam hingga kini.
Boleh jadi kaum Muslimin mempunyai tabiat dan perilaku buruk, tapi dua hal yang tidak boleh ada pada setiap kaum Muslimin adalah khianat dan dusta.
Rasulullah menegaskan hal itu:
Seorang Mukmin mempunyai tabiat atas segala sifat tercela, kecuali khianat dan dusta. (H.R. Al-Bazzaar)
Sebagai pemimpin, Rasulullah sendiri sering membuat perjanjian dengan musuh-musuhnya. Salah satu perjanjian yang sangat monumental sekaligus kontroversial adalah perjanjian Hudaibiyah. Para sahabat pada awalnya menentang isi perjanjian itu karena isinya sangat tidak adil dan dinilai merugikan pihak Islam. Maka ketika Rasulullah saw tetap meneken perjanjian itu, mereka kecewa. Umar karena kecewanya sempat berkata keras kepada Nabi SAW, “Ya Muhammad, apakah engkau masih seorang Rasul?”
Dalam penilaian sahabat, semua pasal dalam perjanjian itu tidak ada yang menguntungkan pihak Muslim, terutama pasal yang menyatakan bahwa jika ada penduduk muslim Mekah yang pindah ke Madinah, maka harus dikembalikan ke Mekah. Sementara jika ada warga Madinah yang ingin kembali ke Mekah tidak boleh dicegah.
Saat itu masih banyak  kaum Muslimin yang belum berhijrah ke Madinah. Mereka tinggal di Mekah di bawah tekanan keras kaum kafir Quraisy. Jika diketahui ada yang lari menyusul kaum kerabatnya hijrah ke Madinah, tak segan-segan kaum kafir Quraisy memberi hukuman, berupa siksaan yang amat keji.
Usaha untuk menyelamatkan kaum Muslimin Mekah telah dilakukan dengan berbagai cara, akan tetapi setelah perjanjian Hudaibiyah itu berarti usaha penyelamatan sudah tertutup sama sekali. Inilah yang sangat disesalkan oleh para sahabat.
Saat perjanjian berlangsung, ada sekelompok orang di bawah kepemimpinan Abu Jandal lari ke Madinah. Sesuai dengan perjanjian Hubaibiyah, pemimpin Quraisy menuntut agar Abu Jandal dan rombonganya dikembalikan ke Mekah. Dengan berat hati Rasulullah menyerahkan orang-orang tersebut pada penguasa Mekah. Lagi-lagi banyak di antara sahabat yang berkeberatan atas penyerahan ini, tapi demi perjanjian yang sudah ditanda tangani, pantang bagi seorang Rasul untuk menyelisihi. Janji harus ditepati.
Abu Jandal ternyata lebih cerdik dari penguasa Quraisy. Setelah sampai di daerah netral, ia bersama kelompoknya melakukan perlawanan dan menang. Ia kemudian mendirikan basis di tempat tersebut. Seperti sudah tahu tugas yang harus dilakukannya, kelompok ini kemudian memotong jalur perdagangan kafir Quraisy yang sangat strategis. Tidak sedikit kerugian yang diderita kaum kafir Quraisy akibat ulah kelompok ini, tapi mereka tidak bisa menunut kaum Muslimin untuk menghentikan perbuatan Abu Jandal tersebut, karena mereka berada di luar wilayah kekuasaan Madinah.
Di balik peristiwa itu ada fenomena yang menggembirakan. Dengan perjanjian itu ternyata jumlah kaum Muslimin di Mekah secara diam-diam justru terus bertambah. Walaupun dalam tekanan yang amat kuat, kaum Muslimin dengan keimanannya terus terdorong untuk melakukan da’wah. Mereka inilah yang kemudian dalam penaklukan Mekah sangat berperan besar, sehingga dalam peristiwa tersebut tidak sampai terjadi pertumpahan darah.
Pembebasan kota Mekah berjalan damai tanpa setetes darah pun mengalir. Inilah kemenangan yang direbut karena menghormati janji. Wallahu a’lam. [by Abu Zeidan. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Hidayatullah/www.hidayatullah.com]

Continue reading →

Cerpen " Berkaca"

0 komentar


Oleh Ki Gempur Mudharat

“Selamat Tinggal 2006, Selamat Datang 2007,” begitulah aku bertutur salam pada diriku saat detik-detik pergantian tahun ini. Seperti yang dirasakan orang-orang, aku pun turut berbahagia dan bergembira. Walau harus kurasakan ada kesedihan mendalam atas musibah yang dialami saudara-saudaraku di negeri kriminal ini. Aku pun harus menyampaikan rasa bela sungkawa sedalam-dalamnya atas berbagai musibah di darat laut dan udara yang kerap begitu dahsyat hingga harus memakan korban orang tak sedikit.


Untuk menyambut kedatangan tahun baru kali ini, rasanya aku ingin mengumbar segala uneg-unegku. Tentang segala kejelengkelan, kekalutan dan kebencian pada diriku. Atas segala dosa, bejat dan kebopenganku. Tentang ini dan itu yang acapkali tak sangup kupahami. Aku ingin menumpahkan seluruhnya lewat pukulan keyboard  ini.

Aku adalah orang yang beruntung, karena mendapat kepercayaan dan anugerah Tuhan Yang Kuasa menjadi “orang penting”. Hartaku begitu melimpah, hingga harus kebingungan mau dikemanakan dan bagaimana cara menghabiskannya. Aku adalah seorang boss yang kata orang sangat mujur dan terpandang. Aku memang sudah terbiasa di elu-elukan. Terutama oleh para pengikutku, rekan-rekanku, tetanggaku dan sejawatku.

Aku terbiasa didaulat sebagai orang hebat dan luar biasa. Hebat karena keberanianku, luar biasa karena kelakuanku nekad.  Mungkin, karena aku selalu berada dalam dua dimensi cukup ekstrim. Sebagai seorang pejabat sekaligus pengusaha jahat. Seorang ilmuwan sejati sekaligus seorang politisi imitasi. Seorang idealis sekaligus hipokrit. Seorang aparat hukum, sekaligus terbiasa  diseret jadi terdakwa.

Orang-orang begitu mafhum, kalau aku selalu dinaungi dewi fortuna. Aku pun mendapat sandangan sebagai seorang pemimpin panutan. Seorang pemimpin berani, keras, tegas dan tanpa tedeng aling-aling. Walau sesungguhnya aku merasa “tak berkepala,” karena memang  aku tak punya jiwa seorang kepala atau seorang pemimpin yang punya nyali merintah orang.

Hartaku melimpah, namun itu lebih banyak dari hasil KKN, memeras keringat orang atau dari orang-orang yang teraniaya dan berperkara. Kalau orang menganggapku sebagai orang cerdas, aku rasa mereka tertipu, karena aku sesuai rapotku berada di bawah rata-rata kelas. Barangkali satu-satunya kehebatanku adalah keahlianku dalam menjilat ke atas, menekan ke bawah serta menyikut ke samping kiri dan kananku. Selain, tentu saja, keterampilan memeras, menipu, berbohong dan berculas-culas diri.

Aku tercengang, akhir-akhir ini banyak orang memandang sumir padaku. Aku  kaget walau tak harus setengah mati.  Seperti biasa aku tenang dan mulai berpikir cari strategi. Aku berpikir dan mulai sadar diri, boleh jadi dan wajar saja pandangan itu, karena kenyataannya sebagai pejabat aku memang banyak berbuat distorsi. Bahkan seringkali aku dicerca dan dimaki hingga harus disomasi. Gara-garanya karena kebijakanku yang menyangkut  hajat hidup orang banyak, terlalu ngelantur dan salah sasaran.

Aku memang tergolong orang teramat nekad dan rada edan. Itulah mengapa, gerak langkahku selalu dipandu ramalan feng sui dan dukun sakti. Sehingga separah apa pun aku berhianat atau berbuat jahat, tak sampai terjerat hukum. Apalagi kalau harus mendekam di sebuah pulau kecil terpencil nun jauh di seberang sana. Amit-amit.

Begitu pun sebagai seorang pengusaha, aku sering tersenyum sendiri melihat para pejabat di republik ini. Mereka begitu gampang ditaklukan, hingga tak sanggup lagi untuk mengatakan ’tidak’ padaku. Kuncinya tak terlalu sulit, cukup dengan sebuah lobby di hotel berbintang atau sepukul dua pukul di padang golf sana. Berikan saja bisikan maut seraya “dijanjikan” kesenangan dunia (tahta, harta, wanita), maka tak ampun lagi ia pun akan mendekap dan mencium kita. Jalan pun lempang menuju tol bebas hambatan memenangkan tender proyek.

Sebagai pengusaha dan penggulung harta, jelas aku lebih lihai di bidangnya. Kejahatan dan kelicikan kaum pejabat, sesungguhnya tiada setahi kukunya dibandingku. Aku lah sang raksasa yang begitu haus dan lugas dalam menguras kas negara. Kalau mereka melibas 20%, maka akan kulibas 40% dari total proyek. Begitulah teorinya. Masa bodoh hasil proyek menjadi melenceng jauh dari besteknya.

Suatu ketika ada sebuah kasus menimpaku. Entah bagaimana, Aku begitu tenang dan diam saja seraya menguji sampai sehebat mana para petinggi hukum kita dalam membedah dan menuntaskan sebuah perkara. Aku diam saja, karena aku sudah hafal semua kunci sakti dan pepatah leluhur. Apalagi jampi-jampi penyumbat mulut telah kugenggam erat. Bahkan aku sangat ahli menggunakannya dan kapan harus memanfaatkannya. Seperti biasa teori ”win-win solution” telah menuntaskannya bagai sebuah kemoceng penyapu debu.

Sebagai seorang pejabat aku sesungguhnya malu pada diriku untuk berterus terang. Malu karena harus kuakui, tak pernah  bisa jujur. Mungkin karena kondisi dan watak dasarku yang mengharuskan aku bermain-main dengan penghianatan. Namun kalau aku jujur dan hanya mengandalkan dari gajiku, darimana aku bisa makan. Mana bisa cukup untuk membiayai anak-anakku yang sekolah di luar negeri. Belum lagi arisan istri-istriku, tiga pembantuku, tip sekretarisku, dan tetek bengek biaya ekstra kemaksiatanku.

Darimana aku bisa bayar rekening listrik, telepon, PAM, gas, dan beberapa istri simpananku. Serta bagaimana aku harus menjaga prestiseku di lingkungan kerja dan masyarakatku. Kalau hanya mengandalkan income sebagai seorang pejabat, jelas “no-way” guna memenuhi seluruh biaya resiko hidup keseharianku.

Sebab itu, ketika aku dipercaya menjadi seorang pejabat, maka dengan serta merta tahap pertama adalah membenahi kondisi ekonomiku. Aku pun mulai turut terlibat dan “bermain”. Ternyata, sungguh tak sulit bermain seperti itu. Tak ada bedanya dengan anak balita yang main tak umpet dengan teman-teman tetangga seusianya. Teknisnya pun tak sulit, selama masih ada sebuah meja berkolong. Atau selama masih ada yang jualan map dan amplop. Atau selama masih memiliki nomor rekening sebuah bank. Semuanya akan berjalan lancar-lancar saja. Maka aku pun semakin berkutat dalam lumpur dosa dan perbuatan nista.

Namun seringkali aku berbuat keterlaluan, mungkin karena embrio turunan keserakahan yang melekat dalam jiwa, hingga seringkali aku harus disoroti, dicurigai dan dituduh berbuat nyeleneh. Sebut saja soal kejomplangan sebuah transaksi yang sangat mencolok mata. Perbuatan mark-up, memeras mitra atau bermain-main dengan komisi dan diskon yang sudah kuanggap sebagai perbuatan halal dan harus kuhadapi semua dengan pasang wajah tak berdosa.

Predikat lain yang aku sandang adalah seorang pakar hukum dengan keahlian menangani perkara. Karena kupikir begitu mudahnya mendapat uang, apalagi kalau harus menangani sebuah kasus penggelapan atau korupsi dalam jumlah rupiah yang “emberan”. Hanya dengan menyelewengkan dan merasionalisasi sebuah pasal, tak sulit kalau sekadar berkeinginan dihadiahi sebuah rumah, kendaraan plus deposito. Apalagi, kalau yang namanya permainan kongkalikong lewat jual beli pasal di jagat mafia peradilan kita sudah bukan menjadi rahasia umum lagi.

 Semua paham, mengerti dan sangat mafhum. Keuntungan untuk menjadi seorang ahli menangani perkara, baik jaksa, hakim, pengacara, yang ketiganya terampil “bermain mata” itu, justru karena terdakwa yang dihadirkan umumnya datang  dari lembah hitam. Maka demi keadilan, aku sebagai anggota tim mulai berpikir, harus ketiban rejeki dengan cara memeras atas dugaan kejahatan dari seorang terdakwa berdompet tebal.

Pernah pula aku menjabat sebagai seorang pimpinan partai. Keahlianku dalam menerapkan ilmu retorika, tak disangsikan lagi. Maka tak heran saat kampanye, aku bak orator kawakan. Berbekal ilmu psikologi massa dan ilmu komunikasi yang seadanya, aku pun mulai berkampanye yang penuh dengan bualan dan janji-janji palsu. Segala jurus propaganda dan agitasi kukerahkan sepenuh tenaga. Aku pun sadar kalau saat itu, sesungguhnya aku sudah melakukan kebohongan publik.

Namun aku tak perduli, yang penting adalah  bagaimana caranya agar aku bisa segera bertengger di kursi DPR yang terhormat. Memang benar dan kurasakan sendiri, kursi itu begitu empuk dengan pendingin yang sejuk, hingga menjadi sebuah tempat nyaman dan strategis untuk sekedar baca koran dan tertidur lelap. Gajiku pun dibayar tunai Rp.60 juta tanpa harus menumpahkan banyak enerji. Namun aku sering lupa mengambil gajiku, karena aku harus mengurus pendapatan lain yang lebih berarti dan mencengangkan dalam jumlah lipatan kali. Rejeki haram itu kuperoleh atas jasa sebuah statement “acc” dari sebuah kebijakan yang akan diluncurkan. Tak perduli, kalau pada gilirannya kebijakan itu merugikan negara atau mencekik kehidupan rakyat.

Saat itu aku pun begitu makmur. Hingga ke Senayan pun harus terbiasa bermobil mewah. Karena teman-temanku juga sama (kalau tidak percaya, datang saja ke Senayan sekitar pukul 10 pagi). Kalian akan terkagum-kagum melihat rekan-rekanku lomba adu pamer mobil mewah disana. Sebenarnya untuk menjadi orang kaya di Senayan atau di kantor rakyat daerah, yang kemudian diisi oleh wakil-wakilnya, tidak lah sulit. Disitu ada pelbagai macam pos uang, mulai dari uang reses, benchmark ke luar negeri, kendaraan, perumahan, sampai pada uang kadeudeuh, dll.

Untuk menjadi kaya di dewan, cukup bermodalkan suara vokal dan berjiwa pembela rakyat, sekali pun itu harus dilakukan dengan penuh keterpaksaan dan kepura-puraan. Ya, kupikir, namanya juga usaha, maka segala cara dan daya kuupayakan. Walau sesungguhnya itu, tak hanya telah menghianati rakyat, bangsa dan negaraku, namun juga menghianati diriku sendiri yang harus aku pertanggungjawabkan kelak di hadapan Tuhan Yang Mahakuasa.

          Dalam menjalani hari-hari di awal tahun 2007 ini, aku berpikir dan melihat kebiasaan atau tradisi umat manusia berpesta pora sejak ribuan tahun lalu. Namun ketika pemikiranku menukik pada inti dan makna sebuah peristiwa pergantian tahun, aku yakin tak banyak orang memahaminya, termasuk diriku.

Yang aku pikirkan, peristiwa pergantian tahun, berarti almanak lama ditanggalkan dan terpasang dengan yang baru. Berarti ada pesta terompet dan kembang api di beberapa tempat di jalanan yang menimbulkan kemacetan. Berarti ada sekelompok manusia yang berpesta pora penuh hura-hura yang menghabiskan jutaan rupiah di hotel-hotel, café, restoran dan tempat-tempat khusus lainnya. Berarti ada sejumlah manusia yang lupa diri karena mabuk-mabukan atau berjingkrak bak kerasukan syetan akibat doping barang haram.

Namun aku pun mulai menyadari bahwa jatah umurku telah berkurang satu tahun. Kemudian aku memandangnya menjadi semacam harapan baru. Mungkin kah aku masih bisa menjalani hidupku dalam setahun ke depan. Mungkin kah masih diberikan kesempatan untuk menuju kehidupan yang lebih baik dan wajar.  Aku pun mulai membuat rencana-rencana besar hidupku dan target-target yang mesti dicapai.

Pergantian tahun ini, kemudian aku jadikan sebagai sebuah momentum untuk berintrospeksi diri. Bagaimana agar dalam menjalani kehidupan di tahun 2007 ini, kehidupanku menjadi lebih berarti bagi lingkungan hidupku. Bagi bangsa dan negaraku, bagi agama dan tanah airku. Minimal bagi diriku sendiri yang penuh cacat dan cela, yang penuh aib dan penghianatan, yang penuh kerakusan dan pemerasan, yang telah mengotori darah keluargaku dengan harta tak halal.

Maka, ketika detik berdetak, manakala menit mencubit, saat jam berdentam, waktu hari berharu, bilamana bulan mengalun, tahun pun mengayun menjadi rangkaian peristiwa dan potret diri yang penuh bayangan hitam dan kelam. Suka, duka, sedih, pilu, haru, biru, canda, tawa dan nestapa, semuanya telah menjadi memori bunga-bunga kehidupan.

Sementara seluruh sikap dan kelakuanku, ketidakwajaranku, kerakusanku, kebohonganku, penghianatanku, pemerasanku, penyelewenganku, pemutarbalikan faktaku, dan seluruh kejahatanku,  telah terekam dalam sebuah kaset kehidupan. Sebuah kaset kehidupan yang boleh jadi akan kuserahkan sendiri pada Tuhan Yang Kuasa sebagai pertanggungjawaban kehidupanku selama di dunia.

Aku tersentak dari lamunanku, ketika sebuah terompet berbunyi keras dekat lubang telingaku. “Melamun apa kang, jadi orang kaya? Ha..ha..ha..,” olok tetanggaku seraya berkali-kali meniupkan terompetnya dan langsung ngeloyor lagi entah kemana. Mungkin karena khawatir menggangguku.

Sambil menahan rasa terkejutku, aku pun beristighfar dan bergumam,   “Amit-amit deh, kalau jadi orang kaya macam gitu.”

Maka kutanamkan pada diriku, berikrar dan bertekad bahwa mulai tahun baru ini, aku harus menjadi orang yang lebih baik dan wajar, lebih arif dan bijak, lebih jujur dan apa adanya, serta tekad menuju derajat taqwa dengan sepenuh taubat.
Lantas aku pun tak lupa untuk bersujud dan bersyukur pada Tuhan, atas segala rahmat  dan nikmat yang kuperoleh saat ini.  Termasuk nikmat kesehatan dan kecukupan rezeki halal. Itulah karunia Tuhan sesungguhnya....


Continue reading →

KOMPAS

Muslimdaily.net

Arrahmah

Palestina News

Followers

ClustrMaps

Info ccs

    W3 Directory - the World Wide Web Directory Page Ranking Tool

    Enter your email address:

    Delivered by FeedBurner